Contoh Teks Cerpen Judul “Anjing” Karya Indra Tranggono

Contoh teks cerpen judul “anjing” karya Indra Tranggono adalah pokok pembahasan materi pelajaran bahasa indonesia yang akan dijelaskan dengan lengkap dan detail pada materi belajar berikut ini. Adapun pembahasan dibawah ini juga akan mengulas kembali mengenai :

1. Apa itu teks cerpen ?
2. Mengapa dikatakan cerita pendek ?
3. Contoh teks cerpen.

Pada pembahasan sebelumnya, telah dibahas mengenai bagaimana cara dan contoh mengonversi teks cerita pendek dan disini akan kembali diuraikan pengertian cerpen dan apa yang menjadi dasar dikatakan cerita pendek pada sebuah cerita. Apa itu teks cerpen ?, definisi cerpen adalah suatu karangan prosa yang tergolong tidak panjang, singkat dan juga pendek.
Contoh teks cerpen judul “anjing” karya Indra Tranggono
Baca ini : Mengevaluasi Teks Cerpen (Pengertian, Langkah dan Unsur Cerpen

Apa yang menjadi dasar dikatakan cerita pendek pada sebuah cerita ?

Cerpen dikatakan cerita pendek, hal tersebut dikarenakan teks yang terkandung didalam cerita tersebut hanya berisi satu masalah saja (tidak lebih). Oleh karena itu, satu masalah tersebut merupakan satu bagian kehidupan tokoh (tidak mengalami perubahan nasib) dan hanya menampilkan perwatakan tokoh secara sekilas.

Contoh teks cerpen

Berikut dibawah ini terdapat contoh teks cerpen dengan judul Anjing karya Indra Tranggono yang dapat dijelaskan dan diuraikan sebagai berikut :

Anjing Tersayang
Karya Indra Tranggono

Kamu tak akan takut melihatku, hingga kamu tak perlu menghardikku atau memukulku. Aku sama sekali tidak layak mengancam siapa pun. Termasuk kamu. Bukan hanya karena wajahku yang sama sekali tidak menyeramkan, tapi juga potongan tubuhku yang lebih pantas dianggap sebagai segumpal daging bernyawa. Kalau toh aku sesekali menyalak, itu hanya karena aku ingin tetap dianggap anjing.

Aku tak pernah mengutuk ibuku dan ayahku, sepasang pejantan yang memberiku jalan hidup dunia, hanya karena aku tidak lahir sebagai bulldog, herder atau dauberman yang makanan dan 0b4tnya jauh lebih mahal dari biaya hidup kalian bangsa manusia. Mereka pun punya dokter sendiri, dokter spesialis, yang ongkosnya tinggi, lebih tinggi dari dokter untuk manusia jelata. Mereka juga punya salon sendiri, punya bedak sendiri, punya sampo sendiri, punya sabun mandi sendiri, punya sisir sendiri.

Tapi, demi Tuhan, aku tak pernah iri. Itulah keberuntungan mereka karena bisa menjadi kelangenan atau penjaga keselamatan manusia. Sedangkan aku, tak pernah diperhitungkan. Bahkan oleh para pemburu anjing kampung yang rutin menyetor daging kepada penjual ‘tongseng jamu’ (mereka tak berani terang-terangan menjual tongseng daging anjing, namun berlindung dibalik tongseng jamu).

Dibanding hidup manusia yang susah, nasibku jauh lebih baik. Bukankah menjadi binatang piaraan Tuan Konglo yang kaya raya merupakan keberuntungan tak tenilai? Aku tahu persis alasan Tuan Konglo memeliharaku. Bukankah dia bisa membeli anjing yang lebih bermartabat dibanding aku ? Rupanya ada kisah khusus tentang diriku. Menurut obrolan Bibi Tintin, pembantu Tuan Konglo, dulu aku terserempet mobil Tuan Konglo. Untuk menebus rasa bersalahnya, Tuanku memelihara aku.

“Gembong! Jaga rumah ya. Kalau ada orang mencurigakan, langsung serang. Gigimu masih tajam, kan?” Tuan Konglo menyodorkan daging sapi. Kujawab dengan gonggongan kecil. Tanda aku sangat setuju. Tuanku aku sangat setuju. Tuanku senang. Ia mengelus-elus buluku. Aku pun merasa tersanjung.

Aku sering berpikir. Tidak enak jadi orang kaya. Selalu panik. Selalu merasa terancam. Contohnya ya Tuanku ini. Ke mana-mana bawa p!st0l. Mendengar suara angin menggesek dedaunan saja, ia sudah tergeragap karena merasa ada orang yang akan merampok. Sepuluh satuan pengaman disiapkan. Termasuk, aku, anjing kesayangannya.

Tugasku gampang. Hanya mencurigai siapa saja. Tapi membedakan orang baik dan orang jahat, ternyata susah. Aku sering pusing. Celakanya aku tak bisa dengan gampang mendapatkan p!l pengusir pusing bagi anjing.

Siapa Tuanku, aku sesungguhnya tak perlu mempersoalkan. Dia orang baik, setidaknya bagiku. Tapi aku sering mendengar gunjingan tetangga. Kata mereka Tuanku itu kaya karena k0rupsl, mencuri duit Negara. Berulang kali, kata mereka, tuanku berhasil membobol bank. Anehnya, bisik mereka, Pak Konglo itu tidak pernah tertangkap. Katanya punya ajian ‘belut putih’, hingga selalu bisa lolos dari sergapan penegak hukum.

Benarkah tuanku itu sakti ? Aku tak peduli. Aku hanya sering melihat, dirumahnya sering datang orang-orang berbaju seragam. Mereka bicara ramah sambil menyebut kalau aku tidak salah dengan pasal-pasal hukum. Aku tidak paham. Dan aku tidak pernah peduli. Aku hanya sering melihat tuanku memberi segepok uang kepada tamu-tamunya. Untuk apa uang itu? Jangan tanya aku. Kewajibanku hanya curiga dan menggonggong. Lalu segumpal daging lezat tersedia di depanku. Sederhana bukan?

Berpikir sederhana ternyata tidak gampang. Acuh tak acuh bukan pekerjaan mudah. Suatu hari, aku iseng-iseng melihat televisi. Mataku disergap peristiwa yang sulit kupercaya : Tuanku digelandang polisi. Mbak penyiar yang cantik itu mengatakan bahwa Tuan Konglo terlibat dalam skandal k0rupsl pembangunan kompleks perumahan rakyat. Katanya, tuanku menggelapkan duit hampir Rp 1 triliun. Aku tidak percaya. Namun, dialog malam itu, bagai aliran listrik berkekuatan sangat besar menyambar kepalaku.

“Tolong Papa jujur saja. Papa terlibat dalam penggelapan uang sebanyak itu?” ujar Nyonya Konglo sambil menangis.
“Maafkan aku Ma..” Tuan Konglo mengisap r0k0nya dalam-dalam.
“Papa k0rupsl tidak?” desak Nyonya Konglo.
“Semua kulakukan demi kamu, demi anak-anak…”

Nyonya Konglo pingsan. Tuan Konglo pontang-panting memberi bantuan. Beberapa saat kemudian dokter datang. Sebagai anjing aku tidak pernah dididik tentang sopan santun, agama, etika dan hukum, aku terus terang sangat kecewa. Aku sendiri sebagai binatang yang lebih berhak mencuri tak pernah sekali pun nyolong atau merampas hak anjing lain. Sedang tuanku ?

Malam itu, aku lunglai. Tulang-tulangku terasa dilolosi. Ketika ada orang yang mencurigakan menjebol jendela rumah tuanku. Kubiarkan dia menyikat televisi, handphone, uang, perhiasan emas, berlian… “Bukankah pencuri itu mengambil haknya yang juga dirampas majikanku?” pikirku sambil memejamkan mata.

Demikian pembahasan mengenai contoh teks cerpen judul “anjing” karya indra tranggono.