Materi Sejarah tentang Peristiwa Pemberontakan Oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) Di Bandung
Halo sahabat MB dimana pun anda berada, di bawah ini saya akan memaparkan mengenai Materi Sejarah yang berisikan dengan peristiwa pemberontakan yang di lakukan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Kota Bandung. Gerakan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini timbul dari kalangan het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL), atau yang secara harfiah diartikan sebagai Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Gerakan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini di pimpin oleh seorang kapten yang bernama Kapten Raymond Westerling. Gerakan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini bisa lahir di karenakan gerakan ini di pelopori dari para kolonialis Belanda yang mempunyai keinginan dan kepentingan untuk mengamankan perekonomian nya (perekonomian belanda yang ada di di indonesia) serta para kolonialis Belanda ini juga mempunyai maksud agar dapat bisa untuk mempertahankan dan menjaga kedudukan negara Pasundan.
Gerakan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini di pimpin oleh seorang kapten yang bernama Kapten Raymond Westerling. Gerakan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini bisa lahir di karenakan gerakan ini di pelopori dari para kolonialis Belanda yang mempunyai keinginan dan kepentingan untuk mengamankan perekonomian nya (perekonomian belanda yang ada di di indonesia) serta para kolonialis Belanda ini juga mempunyai maksud agar dapat bisa untuk mempertahankan dan menjaga kedudukan negara Pasundan.
Negara Pasundan merupakan sebuah negara dari salah satu negara bagian yang berasal dari negara federal Republik Indonesia Serikat (RIS) atau dapat dikatakan ada negara di dalam negara, yang dibentuk oleh negara Belanda tepat pada tanggal 24 April 1948. Secara geografis letaknya di daerah bagian barat dari pulau Jawa ( yang sekarang berubah menjadi DKI Jakarta, Banten dan Provinsi Jawa Barat) serta beribu kota di Bandung.
Adapun presiden pertama serta presiden terakhir dari negara Pasundan ini adalah Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema. Dengan berdirinya negara Pasundan ini sangat erat ketergantungan nya dengan bantuan-bantuan dari Belanda, ini sangat nampak terlihat pada saat presiden negara Pasundan akan memproklamasikan negara nya di bandung tepat pada tahun 1947, presiden negara Pasundan ini sebelumnya terlebih dahulu menunggu untuk Pasukan Divisi Siliwangi yang sedang hijrah ke Yogyakarta pergi.
Dan pada saat di selenggarakan nya konferensi ke 3 tentang pembentukan negara Pasundan, ada banyak para peserta yang mendukung (pro) republik yang diketuai oleh Raden Soejoso, eks Wedana Senen, Jakarta. Adapun hasil dari 3 kali hasil konferensi tersebut, yakni sebagai wali negara, yang pertama dan yang terakhir, Wiranatakusumah. Akan tetapi terdapat versi lain mengenai negara Pasundan ini yakni negara ini berdiri pada tanggal 09 mei 1947 yang di pimpin oleh Soeria Kartalegawa. Sumber : Wikipedia Indonesia.
Dan pada saat di selenggarakan nya konferensi ke 3 tentang pembentukan negara Pasundan, ada banyak para peserta yang mendukung (pro) republik yang diketuai oleh Raden Soejoso, eks Wedana Senen, Jakarta. Adapun hasil dari 3 kali hasil konferensi tersebut, yakni sebagai wali negara, yang pertama dan yang terakhir, Wiranatakusumah. Akan tetapi terdapat versi lain mengenai negara Pasundan ini yakni negara ini berdiri pada tanggal 09 mei 1947 yang di pimpin oleh Soeria Kartalegawa. Sumber : Wikipedia Indonesia.
Baca juga ini Peristiwa Gerakan 30 September Atau Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI)
Adapun tujuan dan misi dari gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah sebenarnya gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini menginginkan bentuk dan model sebuah negara federal yang ada di negara indonesia serta gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini juga ingin memiliki tentara sendiri untuk negara-negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
Kemudian tepat pada awal tahun 1950, Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) mencoba untuk mengajukan Ultimatum yang ditujukan ke pemerintah Republik Indonesia dan negara Pasundan yang mana isi ultimatum tersebut berisikan tentang tuntutan-tuntutan supaya Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di akui menjadi tentara negara Pasundan dan juga mengenai keberadaan atas gerakan dan aksi teror yang terjadi pada tanggal 23 januari 1950.
Kemudian tepat pada awal tahun 1950, Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) mencoba untuk mengajukan Ultimatum yang ditujukan ke pemerintah Republik Indonesia dan negara Pasundan yang mana isi ultimatum tersebut berisikan tentang tuntutan-tuntutan supaya Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di akui menjadi tentara negara Pasundan dan juga mengenai keberadaan atas gerakan dan aksi teror yang terjadi pada tanggal 23 januari 1950.
Baca juga Peristiwa Pemberontakan Oleh Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Aceh
Selanjutnya Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) melakukan penyerangan di kota Bandung dan akhirnya mereka sukses menduduki dan mengambil alih markas Divisi Siliwangi, sehingga dengan aksi penyerangan yang di lakukan ini membuat 79 anggota dari Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) gugur dan termasuk salah satunya adalah Letnan Kolonel Lembong. Sehingga dengan peristiwa penyerangan tersebut, pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) melakukan dua cara agar bisa menumpas aksi pemberontakan yang di lakukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di kota Bandung yakni dengan cara melakukan sebuah tindakan seperti menekan pimpinan tentara dari Belanda serta dengan cara melakukan operasi militer.
Kemudian Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) mengutuskan pasukan-pasukan nya menuju kota Bandung dan juga menyelenggarakan sebuah perundingan dengan para komisaris tinggi dari Belanda di Jakarta. Alhasil dari perundingan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) tersebut, Raymond Westerling di desak agar segera meninggalkan kota Bandung.
Adapun gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) juga semakin merasa didesak serta terus menerus di kejar oleh para pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dengan bersama-sama rakyat dan pada akhirnya gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pun bisa dilumpuhkan dan di kuasai. Itulah pembahasan mengenai Materi Sejarah tentang Peristiwa Pemberontakan Oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) Di Bandung
Kemudian Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) mengutuskan pasukan-pasukan nya menuju kota Bandung dan juga menyelenggarakan sebuah perundingan dengan para komisaris tinggi dari Belanda di Jakarta. Alhasil dari perundingan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) tersebut, Raymond Westerling di desak agar segera meninggalkan kota Bandung.
Adapun gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) juga semakin merasa didesak serta terus menerus di kejar oleh para pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dengan bersama-sama rakyat dan pada akhirnya gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pun bisa dilumpuhkan dan di kuasai. Itulah pembahasan mengenai Materi Sejarah tentang Peristiwa Pemberontakan Oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) Di Bandung