Menganalisis Dan Menyunting Teks Cerpen

Menganalisis dan menyunting teks cerpen akan dibahas secara lengkap dengan contohnya dan rinci pada pembahasan dibawah ini. Adapun materi belajar tentang cerpen ini masuk kedalam pelajaran Bahasa Indonesia. Didalam pembahasan mengenai analisis dan menyunting cerpen, akan diulas bagaimana cara menganalisis teks cerpen, pengertian konflik, contoh konflik, macam-macam sudut pandang, menyunting teks cerpen lengkap dengan contohnya. Berikut penjelasannya. 

Menganalisis Teks Cerpen

Pengertian menganalisis adalah menelaah atau menguraikan sesuatu atas bagian-bagian serta hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pemahaman yang utuh. Pada pembahasan ini, akan fokus bagaimana menganalisis konflik dan sudut pandang pada teks cerpen.
Menganalisis Dan Menyunting Teks Cerpen

Konflik 

Sebuah cerita di katakan menarik jika di dalamnya terdapat konflik yang menarik perhatian sehingga anda menjadi penasaran untuk membacanya sampai selesai. Konflik merupakan unsur inti dalam sebuah cerita. Artinya, tanpa konflik suatu cerita akan terasa hambar karena tidak menarik.
Baca juga Pengertian, Ciri Dan Contoh Teks Cerpen
Konflik adalah pertikaian atau pertentangan antara dua karakter yang berbeda. Secara garis besar, dalam suatu cerita terdapat dua karakter (protagonist dan antagonis) yang masing-masing mempertahankan idenya. Perbedaan karakter inilah yang memicu adanya konflik. Jenis konflik terdiri atas tiga macam, yaitu pelaku dengan alam/lingkungannya, sesama pelaku, dan pelaku dengan dirinya sendiri atau konflik batin.

1. Konflik dengan Alam
Konflik ini dapat di amati ketika tokoh cerita menghadapi dan mengatasi masalah yang disebabkan lingkungan atau alam. Masalahnya, tokoh berusaha mengatasi penyakit yang mewabah di kampungnya atau bencana seperti banjir. Contoh konflik dengan alam yaitu sebagai berikut:


Tiba-tiba mas paiman melihat semburan air disertai asap dari bawah tanah di samping rumahnya. Ia kaget sekaligus takjub, “mengapa asap keluar dari dalam tanah”, pikirnya. Lama-lama air yang keluar makin banyak dan membanjiri halaman rumahnya bahkan sampai ke rumah tetangga. Karena semburan makin membesar, rasa kaget dan takjub berubah menjadi rasa takut. Mas paiman dan masyarakat sekitar ketakutan rumahnya akan tenggelam. Semua orang berusaha menghentikan dan mengurangi musibah ini.

Cerita tersebut memperlihatkan adanya konflik antara tokoh mas paiman dan masyarakat dengan semburan air.

2. Konflik Sesama Tokoh
Konflik semacam ini timbul dalam pertentangan antara tokoh dengan pelaku lain, antara manusia dengan manusia lain. Bentuknya dapat berupa perkelahian (konflik fisik) atau pertentangan pendapat/gagasan (konflik ide). Contoh konflik sesama tokoh yaitu sebagai berikut: :

Menurut ibu, yang di dengarnya dari ayah, sebab terjadi penikaman terhadap opzichter belanda itu karena opzichter itu selalu mengganggu istri-istri mereka. Dan rupanya kuli kontrak itu sudah gelap matanya tidak dapat lagi menahan hati melihat opzichter itu mengganggu istri-istri mereka. Lalu mereka memutuskan ramai-ramai menyerang si opzichter. (“kuli kontrak”, Mochtar Lubis)

Coba anda perhatikan, cerita tersebut memperlihatkan terjadinya konflik fisik antara kuli kontrak dengan opzichter yang jahat.
Baca juga Memahami Dan Menginterpretasi Teks Cerpen
3. Konflik Batin
Konflik batin adalah pertentangan antara tokoh dengan dirinya sendiri. Di dalam batin tokoh muncul kekuatan-kekuatan yang bertentangan sebagai contoh, keberanian melawan kekuatan, kejujuran melawan kebohongan dan sebagainya. Contoh konflik batin yaitu sebagai berikut :

Lagi, kasim merasa pandangan komandan tertuju kepadanya dan anaknya. Kasim tau arti pandangan itu. Ya, ia tau apa maknanya. Komandannya beratanya, apakah ia menyadari bahwa tangis satu bayi dapat membawa kebinasaan bagi seluruh kompi. Bahwa bayinya, si Asep, dapat membahayakan jiwa lebih dari seratus orang prajurit. Itulah yang tersirat dalam pandangan komandan. (“sungai”, Nugroho Notosusanto)

Tokoh utama dalam petikan cerita tersebut mengalami konflik batin, yaitu menentukan keselamatan pasukan atau anaknya, Asep.

Sudut Pandang

Dalam teks narasi, sudut pandang disebut juga pusat pengisahan, maksudnya yaitu bagaimana peran seorang pengarang (narator) dalam menyampaikan ceritanya.

Siapakah tokoh yang menyampaikan cerita ?
Apakah ia berperan sebagai pelaku utama atau pelaku sampingan?
Apakah ia terlibat langsung dalam seluruh rangkaian cerita atau hanya berperan sebagai pengaman?

Macam-macam sudut pandang

Sudut pandang narasi terdiri atas sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Berikut penjelasannya :

1. Sudut pandang orang pertama (terbatas)
Ciri-ciri sudut pandang orang pertama yaitu antaralain sebagai berikut :
* Penggunaan kata ganti orang pertama seperti aku, saya atau kami.
* Pengarang tampil menyampaikan kisah yang di alami sendiri.

Contoh sudut pandang orang pertama
Contoh dari sudut pandang ini adalah "selama berada di Jakarta, kami mendapat pengalaman yang menyenangkan".

a. Orang pertama sebagai pelaku utama
Pengarang terlibat langsung dalam menyampaikan kisahnya dan berperan sebagai tokoh utama/pelaku utama. Jadi, orang pertama mengisahkan dirinya sendiri. Contoh orang pertama sebagai pelaku utama :

Aku mulai mempersiapkan perkawinanku. Bahkan kebaya mulai kupilih dan kuatur warna pemakaiannya dengan kain-kain yang serasi. Saputro memberiku sejumlah uang untuk memperlengkapi keperluan lain. Surat-surat mali kami urus. Saputro mengirim surat kepada kakakku yang sulung mengenai rencana kami. (pada sebuah kapal, Nh. Dini)

Tokoh aku pada kisah tersebut mengisahkan kisah sendiri.

b. Orang pertama sebagai pengamat
Pengarang terlibat langsung dalam menyampaikan kisah yang melibatkan dirinya, tetapi bukan sebagai tokoh utama, melainkan berperan hanya sebagai pengamat langsung. Jadi, orang pertama mengisahkan tokoh lain. Contoh orang pertama sebagai pengamat :

Inilah terakhir kali kulihat Sersan Husni ketika muncul di rumah lepas isya dan lenyap tatkala langit gelap seperti karbon. Sudah tiga bulan tak bertemu. Air mukanya lebih garang ketimbang semula. Mengingatkan aku kepada mandor tebu perkebunan colomadu yang pernah mengusir kami sehingga berhamburan.

Ibu tidak lupa akan nazarnya, potong ayam andai kata sersan selamat tidak kurang suatu apa. Oleh sebab kedatangannya yang tiba-tiba, nazar itu sedikit mengalami perubahan. Bukan potong ayam, melainkan beli daging ayam. Bagiku hampir tak ada bedanya. (Dari Hari ke Hari, H. Mahbub Djunaedi)

Tokoh aku pada cerita tersebut penyampai kisah. Tokoh Husni merupakan tokoh yang di kisahkan.
Baca juga Membandingkan Teks Cerpen Dengan Teks Novel, Legenda Dan Fabel
2. Sudut pandang orang ketiga
Ciri-ciri sudut pandang orang ketiga yaitu antaralain sebagai berikut :
* Menggunakan kata ganti orang ketiga seperti ia, dia, mereka atau nama.
* Pengarang tidak tampil langsung dalam menyampaikan kisah, tetapi menghadirkan tokoh lain sebagai pengisah.

Contoh sudut pandang orang ketiga
contoh dari sudut pandang ini adalah "selama berada di Jakarta, mereka mendapat pengalaman yang menyenangkan”. Jadi, kedudukan pengarang hanya sebagai penonton.

a. Orang ketiga serbatahu
Pengarang berusaha melaporkan semua aspek dari suatu kisah. Ia melaporkan semua karakter, ruang, dan apa saja yang menarik perhatian dan sesuai dengan cerita. Contoh orang ketiga serbatahu :

Diperiksanya sekali lagi, lebih cermat, lebih teliti. Hasil pemeriksaan seperti tadi juga. Sehat. Heran, ajaib. Terpikir ia, jika ia pakai ilmu psykiatrinya, amat boleh jadi kus ini sakit buat-buatan agar orang belas kasihan atau ada maksut tersembunyi. Perihal kus ia telah mengenalnya bertahun-tahun. Dulu kus menjadi pelajar sekolah hakim Tinggi, baru kandidat II. Ia seorang yang lekas goncang pendiriannya, kurang teguh. (Radio Masyarakat, Rosihan Anwar)

Tokoh ia (dokter) dalam cerita tersebut mengetahui segala hal tentang kus.

b. Orang ketiga terarah
Pengarang tidak melaporkan semua aspek, tetapi memusatkan perhatian pada satu karakter yang berhubungan dengan cerita. Contoh orang ketiga terarah :

Suwarni bernyanyi. Suaranya halus, tenang, mengurai kesunyian. Ia bernyanyi seraya berjalan lambat-lambat. Nyanyian yang memancar dari lucuk hatinya berirama mesrah seorang ibu. Suwarni sedang menidurkan anaknya. Suaranya menggenang di udara. Membelai sikecil di dadanya. Sehingga tangan yang kecil montok itu tidak lagi bergerak-gerak. … suwarni melihat kepada anaknya. Tak puas-puas ia memandangi tubuh yang kecil-montok-jenaka itu. Rambutnya lemas, kehitam-hitaman warnanya. (Lonceng Berbunyi, Subardjo)

Pada cerita tersebut, pengisah memusatkan perhatian kepada Suwarni.

Menyunting Teks Cerpen

Menyunting atau mengedit adalah proses memperbaiki sebuah teks dengan memperhatikan unsur isi dan kebahasaannya. Pada teks cerpen, unsur isi berkaitan dengan kelengkapan struktur dan kaidah (intrinsik dan ekstrinsik). Adapun unsur kebahasaan berkaitan dengan keefektifan kalimat kepaduan kalimat, ketepatan diksi, dan ketepatan ejaan seperti tanda baca, huruf capital, dan penulisan kata. Penyuntingan dilakukan agar teks yang akan dibuat terhindar dari kesalahan.
Baca ini Memproduksi Dan Membuat Teks Cerpen

Contoh menyunting teks cerpen berdasarkan aspek kebahasaan

Berikut dibawah ini adalah contoh bagaimana cara menyunting aspek kebahasaan yaitu sebagai berikut :

Sebelum pergi, kami saling berpandang-pandangan. Karena rindunya, maka kami janjian untuk bertemu didepan bioskop itu. Aneh memang film yang kami tonton bukan tema cinta, melainkan masalah politik. Dalam pertemuan itu, kami mengucap sumpah janji untuk tidak mengkhianati. Akhirnya, setahun kemudin, kami melangsungkan perkawinan. Kami di beri tiga orang anak yaitu Alice, Janet dan Zaskia.

Unsur kebiasaan yang perlu disunting pada teks tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keefektifan kalimat
a. Kami saling berpandang-pandangan (tidak efektif)
Kalimat tersebut mengandung pleonasme (pengulangan makna).
** Kami saling berpandangan (efektif)
** Kami berpandang-pandangan (efektif)

b. Karena rindunya, maka kami janjian…(tidak efektif)
Penggunaan karena dan maka menghilangkan fungsi subjek dan predikat
** Karena rindunya, kami berjanjian untuk bertemu. (efektif)

2. Kepaduan antarkalimat (koherensi)
Pada paragraph tersebut, kalimat ketiganya tidak berhubungan dengan kalimat lainnya (tidak koheren). Kalimat tersebut harus dihilangkan.

3. Ketetapan pilihan kata (diksi)
a. Kami melangsungkan perkawinan. (salah)
** Kami melangsungkan pernikahan. (benar)

4. Ketetapan ejaan
a. Kami di beri tiga orang anak yaitu Alice, Janet dan Zaskia. (kesalahan tanda baca)
** Kami di beri tiga orang anak, yaitu Alice, Janet, dan Zaskia. (sudah benar)

Demikian pembahasan mengenai menganalisis dan menyunting teks cerpen.